Social Icons

Pages

Friday, September 20, 2013

Harapan Baru



HARAPAN BARU


Satu.. dua… tiga..” ayu menghitung detik jam dinding kamarku sambil terbaring lemah di tempat tidurku. Semenjak ayu mengalami kecelakaan 3 tahun yang lalu, ayu mengalami penderitaan yang amat berat. Kini tangan dan kakinya lumpuh, terpaksa harus selalu berada di kamar kecuali jika ada seseorang yang mengajakku dan menuntunku berjalan di luar menggunakan kursi roda. Orang tuaknya sudah membawa ayu berobat kemanapun, namun tiada hasilnya, ayu masih tetap lumpuh dan menghabiskan banyak biaya berobat. Namun hal yang paling menyakitkan baginya ialah semenjak kecelakaan itu juga aku memiliki kelebihan bisa melihat setiap kejadian buruk yang bakal menimpa
seseorang. Pernah ayu mengutarakannya pada kerabatku yang bakal mengalami kecelakaan dan tewas seketika. Ayu berniat mengatakan itu agar dia berhati-hati, namun ia malah tidak mempercayai ayu dan memarahi ayu, seminggu kemudian.. ia mengalami kecelakaan dan tewas, persis dengan apa yang ayu katakan. Namun hal itu pula lah yang semakin memperburuk keadaannya, banyak saudara ayu, kerabat, dan teman-teman ayu yang semakin menjauhi ayu kecuali orang tuanya dan orang yang masih menyayanginya apa adanya.
“senja waktunya makan!” suara suaminya yang terlihat bersemangat itu terdengar, kemudian ia segera membuka pintu kamar dan duduk di kasur tempat ayu berbaring. Ayu pun memakan setiap sendok makan yang disuapkan oleh suaminya. “surya? Apakah kamu tidak merasa sedih” ucapnya ketika sudah selesai makan “memang kenapa?” “sudah 4 tahun kita bersama, tetapi aku hanya memberikan kebahagiaan selama 1 tahun padamu, dan sisanya kamu menderita karenaku, kenapa kamu tidak meninggalkanku saja dan mencari yang lain, aku bahkan tidak bisa memberi keturunan untukmu” ucapnya dengan suara sesak. Ayu melihat wajahnya yang agak sedih ketika ayu mengatakan itu, namun wajahnya tiba-tiba berubah ceria lalu berkata “bagiku kamulah cinta pertama dan terakhirku, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Dulu mereka pernah berjanji untuk selalu bersama apapun yang terjadi, aku tidak mau melanggar janji itu, lagipula aku hanya mencintaimu dan bukan dengan wanita lain” mendengar dia berkata seperti itu mata ayu langsung berkaca-kaca hatinya terasa haru mendengar kalimat itu, dia memang cinta sejatiku. Lalu ia mengatakan satu kata lagi, “dengarlah kalimat ini, aku sudah merasa bahagia berada di dekatmu, jadi jangan risau, aku tidak merasa sedih sehari pun selama tiga tahun ini”. Ia pun memeluk ayu, memberikan kehangatan kasih dan sayangnya. Tak terasa wajahku telah terguyur air mata yang menyiratkan beribu haru karena ketulusan cintanya.
Ayu pun menjadi bersemangat lagi untuk hidup, namun hal itu tidak berlangsung cukup lama, ayu mendapat penglihatan lagi, bahwa suaminya akan segera meninggalkan dunia. Hal itu pula membuat mental ayu semakin drop. Kenapa seseorang yang sangat dekat dengan ayu  akan di panggil oleh sang pencipta tidak lama lagi. Pagi itu adalah hari terakhirnya saat bersama ayu, ayu mengatakannya dengan terus terang bahwa saat bekerja bangunan kantor akan runtuh dan ia akan meninggal terkena reruntuhan itu, ayu bersikeras menahannya hingga tumpah air matanya, namun hal itu sia-sia, dan dia tetap ingin berangkat bekerja. Lebih menyedihkannya lagi ia mengatakan “seandainya aku mendahuluimu pergi dari dunia ini, kamu janganlah bersedih dan berkecil hati, tetaplah jalani hidup ini dengan pantang menyerah.. aku yakin suatu saat nanti kamu akan sembuh dari cacatmu itu, aku yakin takdir bisa di rubah, jika memang tak bisa, Janganlah takut menghadapi takdir, karena kita tak bisa untuk terus bersembunyi dan takut dengan kenyataan yang terjadi” mendengar hal itu ayu sedih, ayu marah terhadap dirinya sendiri, mengapa ayu  memiliki kelebihan yang sebenarnya tidak pernah ayu inginkan dalam hidupnya.
Siang itupun ayu mendapat kabar bahwa suaminya meninggal tertimpa bangunan, ayu amat sedih dan histeris, ingin bunuh diri namun tidak bisa, kelumpuhan dan kelebihan ini membuatnya depresi. Dia yang merawat ayu selama 3 tahun ini telah tiada. Kenangannya yang tersisa hanyalah foto pengantin yang dipajang di dinding kamarnya. Hal itu membuat ayu semakin sedih saat melihat dirinya dalam foto. Orang tua ayu tidak tega melihatnya berada dalam rumah ini sendirian. Akhirnya mereka memulangkan ayu ke rumah tempat orang tuanya sendiri. Sedangkan rumah ayu dibiarkan kosong. Ayu tidak ingin berbicara lagi, semua yang telah dia miliki telah tiada, hanya tersisa orang tuaknya yang masih sayang kepada ayu.
“tes.. tes.. tes..” suara air keran dia dengar di belakang, mungkin bocor karena sudah tua, hampir mirip ayu. Yang hanya membebani orang yang berada di sekitarnya.dia ratapi atap rumah ini yang sudah tua, sudah lama sekali ayu tidak berada disini, di kamarnya sendiri. Teringat kembali memori waktu kecilnya, saat itu ayu masih sangat di manja oleh orang tuanya dan sangat diperhatikan dari pada saudaranya yang lain, entah mengapa? Mungkin ayu yang paling pintar saat di sekolah dan tidak suka rewel seperti saudaraku yang lain. Kupandang lagi pohon jambu dekat jendela kamarnya, di situ pun tergurai kenangan lagi waktu bersama saudaranya dan teman-temannya saat bermain sewaktu kecil. Hanya memikirkan kesenangan dan tidak pernah meraskan kesedihan dan berpikir khawatir. Yah.. ayu sangat rindu masa-masa itu.
“krieet..” tiba-tiba pintu kamarnya terbuka oleh seseorang, di balik kamar itu terlihat saudaranya dan keluargaknya yang bergerombol mendatanginya. “nina kami bermaksud ingin membawamu ke sebuah pengobatan alternatif, kamu mau kan sayang” ucap ibu ayu. “iya, terserah ibu” hal yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya, wajah orangtuanya serta saudaraknya seperti memberi harapan baru pada ayu, kemudian mereka pun membopong ayu menuju keluar rumah dan menaikkan ayu ke mobil salah satu saudaranya. Ayu tidak tahu pengobatan alternatif apa yang akan mereka coba, yang pasti ayu tidak pernah berobat kelain tempat selain rumah sakit.
Tibalah ayu di sebuah tempat yang cukup hijau, sebuah rumah yang banyak sekali pepohonan, tanaman yang mungkin seperti obat-obatan dan bunga-bunga yang berada di sekitarnya, tiba-tiba munculah seseorang pria yang berpakaian batik membuka pintu itu.
“silahkan masuk” ucap pria itu.
Di dalamnya terdapat alat-alat dokter serta daun-daun seperti jamu. “ini tempat apa?” tanyanya “gini lho nin, jadi disini klinik pengobatan yang menggunakan metode ilmiah, alami, dan spiritual” ucap salah satu saudaranya, ayu sedikit melongo, namun ayu tidak dapat menyangkalnya bahwa tempat ini benar-benar nyaman, rasanya teduh sekali. Jauh dari keramaian namun disini bukan pedesaan. Tempatnya sungguh strategis. Ayu pun dibawa ke sebuah kamar, orang itu sepertinya mulai menerawangku dengan telapak tangannya tanpa menyentuh tubuhnya. Dia pun selesai memeriksa dan memberikan sebuah ramuan kepada orang tuanya untuk diminum olehnya.
Malam itu pun ayu meminumnya, dan langsung tidur. Dalam tidurnya ayu bermimpi melihat sebuah ilalang dan ada seorang pria yang duduk di sebuah bangku berwarna putih. Ayupun mendekatinya, namun ayu tak menyangka ternyata dia suaminya “mas syamsi? Kemana saja kamu selama ini?” dia menolehi ayu dengan wajah berseri-seri, “aku menunggumu disini, kau sudah berjalan rupanya” “tolong jangan pergi lagi” teriakku padanya, “sudahlah, iklaskan saja.. jalan hidupmu masih panjang, kelak kamu akan menemukan kebahagiaan baru” tiba-tiba di sekitar tempat itu menjadi semakin putih, putih yang menyilaukan. Hingga ayu terbangun dari tidurnya lalu berjalan keluar berharap bertemu dengannya, tiba-tiba sebuah tangan menggapainya, “nina ternyata kamu sudah bisa berjalan sayang?” ternyata ibunya yang menggapai ayu dan memeluk ayu meneteskan air mata bahagia. ayu pun baru menyadari bahwa ayu bisa berjalan, seolah sebuah mukjizat. Penderitaan selama 3 tahun itu seolah seperti mimpi. Wajahnya pun tampak lebih ceria, hari baru kumulai lagi saat ini.’’
3 tahun kemudian
Ayu berziarah ke makam mas syamsi sambil meletakkan bunga hatinya berkata “Mas syamsi kini aku punya keluarga baru, dan punya sebuah momongan. Terimakasih untuk semuanya. Tanpamu aku tidak akan pernah sebahagia ini. Kamu telah mengajariku tentang pengorbanan. Kini akulah yang menjadi pewarismu dan mengajarkan pengorbanan pada anak-anak ku, terimakasih, aku akan selalu mengenang jasamu itu”

No comments:

Post a Comment