Social Icons

Pages

Friday, September 20, 2013

Penantian di Unjung Senja



Penantian di Unjung Senja

Hujan turun dengan deras sejak siang tadi, senja yang seharusnya muncul digantikan oleh awan hitam yang berkabut. Jalanan terlihat sepi dari lalu-lalang pengendara kendaraan maupun pejalan kaki, orang-orang diluar lebih memilih untuk beristirahat dirumah mereka daripada harus berhujan-hujanan dengan badan yang basah kuyup.
Tak terkecuali dengan Ray, saat sepert ini adalah saat dimana Ray bisa bermalasan-malasan dengan balutan selimut tebalnya. Aneh, saat ini Ray merasa sangat gelisah, entah apa yang ia

rasakan saat itu, entahlah, Ia beranjak dari tempat tidurnya, melepaskan balutan selimut tebal yang menghangatkan tubuhnya, ia menarik kalender disudut meja belajarnya disana tertera Tahun 2012. Nay, lagi lagi Nay yang ada di otaknya wanita yang sudah sejak lama ia kagumi, sejak dulu sejak beberapa tahun silam.
“Ribuan hari aku menunggumu, jutaan lagu tercipta untukmu cobalah aku kapan engkau mau”
Lirik yang mungkin sama dengan perasaannya saat ini, menggambarkan betapa tulus penantian yang ia jalankan hingga detik ini, bertahan untuk orang yang sama tanpa lelah walau ia tahu wanita yang sedang ia tunggu tak menggubris keberadaannya.
Nay wanita biasa, tak sebanding jika dibandingkan dengan wanita lain yang ada disekolahnya, namun entah atas alasan apa Ray tak pernah berniat jatuh hati pada wanita lain.
Mereka pernah dekat sangat dekat dulu sebelum akhirnya Nay memilih menjauhi Ray.
Nay tak pernah menunjukkan isyarat bahwa ia punya perasaan yang sama, namun perhatian serta sikap yang Nay tunjukkan pada Ray membuat Ray terus berharap lebih.
Ray tahu jika Nay sudah memiliki kekasih, dan seharusnya ia tak boleh mengganggu Nay lagi. Namun lagi dan lagi ada keyakinan yang begitu kuat dihatinya  jika nanti suatu saat Nay akan sadar jika Ray lah pria yang seharusnya ia cintai bukan kekasihnya, walau Ray tak tahu kapan itu akan terjadi, esok, lusa, bulan depan, atau bahkan tahun depan? Atau mungkin itu tak akan pernah terjadi?
Satu yang pasti ia akan terus berjuang, menanti, dan berharap tanpa henti.
Seperti senja yang berharap mendung berganti…
Hari berganti, bulan berganti, tahun berganti...
Ray masih sering mengingat Nay, namun tak sesering dulu lagi. Aktivitasnya disekolah menyita banyak waktunya, hingga sosok Nay mulai bisa ia lupakan walau tak sepenuhnya.
Ray kini mulai bisa menahan diri, menahan keinginan untuk menghubungi Nay melalui pesan singkat walau sebenarnya jauh dilubuk hatinya ia begitu merindukan percakapan kecil yang dulu terjadi di antara mereka. “Mungkin Nay benar-benar sudah bahagia bersama pria itu”. Gumam Ray dalam hati.
 Ray, kini dekat dengan wanita baru bernama Dara.
Ray tak tahu jika Nay mengetahui kedekatan mereka, Nay kenal siapa Dara, Dara adalah teman Nay semasa kecil dulu. Ketika tahu kabar itu Nay merasa gembira karena akhirnya Ray menemukan penggantinya namun Nay tak benar-benar gembira Nay juga merasa takut kehilangan, Nay takut jika nanti Ray akan melupakannya.
Nay juga tak tahu jika sebenarnya Ray hanya mengganggap Dara teman tak lebih.
“Mereka sama-sama mencintai, namun terhalang oleh sebuah alasan”
Saat ini, Nay sudah mengakhiri hubungannya bersama kekasihnya, namun Ray tak tahu akan hal itu. Sebetulnya Nay berniat memberi tahu, namun ketika Nay tahu Ray sudah sangat dekat dengan Dara, Nay menahan dirinya Nay tak ingin menghentikan kebahagiaan diantara keduanya. Begitu juga dengan Ray, Ray kini mulai bisa menghentikan kebiasaan otaknya yang selalu menghadirkan sosok Nay, mungkin karena kehadiran Dara dalam kehidupannya.
Hingga suatu ketika, Ray mendengar kabar itu Ray tahu jika Nay sudah tak lagi bersama dengan pria yang dulu menjadi lawan terberatnya. Ray senang, namun juga merasa bingung bagaimana dengan Dara? Wanita yang sempat menghadirkan tawa diharinya, wanita yang telah berharap banyak padanya. Huff, Ray menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur, ia bingung benar-benar bingung saat itu!
“Apa yang harus aku lakukan Nay? Menghubungimu? Atau membiarkanmu menghubungiku lebih dulu? Ahhg, rasanya mustahi jika Nay akan menghubungiku” gumam Ray dalam hati.
Ray terdiam, pikirannya menerawang entah kemana, raganya berada didalam kamar namun tidak dengan pikirannya, pikirannya kini berada di negeri antah-berantah J
“ku putuskan untuk menghubungimu Nay, apapun responmu, aku janji ini yang terakhir kalinya aku mengganggumu”. Pikir Ray dalam hati.
Tak berubah, masih sama Nay tetap bersikap datar, tak menolak namun juga tidak menerima...
Entahlah Ray tak pernah mengerti jalan pikiran Nay, Ray tak tahu apa yang ada dipikiran Nay. Ia hanya berharap Nay bisa memberikan isyarat, sebuah kepastian, sebuah jawaban tentang akhir dari semua penantian panjangnya selama ini.
“Setidaknya aku bisa menjagamu menggantikan pria yang dulu sempat sia-siakanmu, aku berusaha untuk tidak akan melakukan hal yang sama, apalagi menyakitimu percayalah aku mencintaimu Nay” tanpa sadar Ray mengucapkan kalimat yang sudah bertahun-tahun ia pendam, ia tahan dihatinya, Ray tak perduli apapun yang akan terjadi nanti setelah ucapan itu keluar dari mulutnya, Ray hanya tak ingin ia terlambat lagi untuk yang kedua kalinya. Nay tetap diam, hanya anggukan kepala yang ia berikan ssebagai sebuah jawaban
J
Ray terdiam tertunduk didalam ruangan favoritnya tempat ia biasa meluapkan semua keluh-kesahnya, ia merasa tak percaya dengan apa yang terjadi tadi siang…
Ray ragu, ia teringat saat Nay memberikan jawaban sebuah anggukan kepala, “Mungkinkah Nay menerimaku? Atau Nay hanya mengangguk karena ia mengerti tentang ucapanku tadi siang, entahlah! Nay memang seperti ini, dari dulu sejak dulu tak pernah berubah, mustahil bisa ku pahami”.
Sejak kejadian itu, Nay dan Ray mulai dekat sangat dekat seolah mereka ingin membayar semua waktu yang sempat terbuang dulu...
Hingga suatu ketika Nay bertanya tentang sesuatu, suatu hal yang sempat membuat Ray bingung untuk menjawabnya. Nay mulai mempertanyakan sosok Dara wanita yang pernah dekat dengannya. “Dara hanya teman Nay, tak lebih jika pun ia menganggap lebih itu hanya karena ia terlalu berharap padaku” ujar Ray. Nay menoleh kearah Ray ia menatap Ray dengan sangat dalam seolah ingin meyakinkan dirinya jika Ray memang tak berbohong.
“Aku hanya takut Dara salah paham, apalagi sampai menghujatku sebagai seorang perebut, karena aku tak sejahat itu Ray” Nay mencoba meluapkan isi hatinya.
“Aku memilihmu, sejak dulu sebelum ia hadir dalam kehidupanku, dan Dara harus menerimanya, kau tak peru merasa bersalah Nay”. Gumam Ray.
Perlahan namun pasti, Nay mencoba melupakan tentang Dara lagi pula sepertinya Dara sudah memiliki kekasih. Tak hanya tentang Dara ia juga berusaha kuat, sangat kuat agar bisa melupakan pria masa lalunya, pria yang masih sangat ia cintai…
Ray tahu itu, Ray tahu jika Nay masih sangat mencintai masa lalunya,namun Ray yakin waktulah yang akan menjawabnya, karena tugas sang waktu adalah menghapus ingatan. Ray berjanji pada dirinya sendiri untuk tak akan pernah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pria masa lalu Nay, Nay terlalu berarti untuknya.
Ray tak pernah bertanya tentang kejelasan status mereka, karena bagi Ray bisa berada didekat Nay, melihatnya tertawa dengan lepas jauh lebih menyenangkan dibandingkan harus terus bertanya-tanya tentang kejelasan mereka.
Detik demi detik terus berjalan…
Tanpa terasa akhirnya Ray akan pergi meninggalkan Nay disini dikota ini, tempat dimana kisah mereka dimulai.
Ray pergi bukan karena cinta yang lain, Ray pergi demi masa depan pergi untuk kembali ketika ia sudah mampu meraih harapan yang Nay impikan.
Ray ingin menjadi yang terbaik untuk Nay,membuktikan pada Nay bahwa ia jauh lebih baik dari pria masalalunya
J
Begitulah sosok Ray, seorang pria yang akan terus menanti dan menanti tak perduli seberapa lama, tak perduli seberapa berat yang ia tahu ia mencintai dengan sangat dalam.
“Tak ada yang salah dengan cinta, mungkin yang salah hamyalah waktu karena seharusnya kau dan aku sejak dulu bertemu” J

No comments:

Post a Comment