Tak
Tergantikan
Pagi hari yang sejuk di SMA Kumbang
yang terdapat di salah satu Kota di Sumatra Selatan.
“Tungguuuuu pak!” seru dua gadis
remaja yang berlari dengan tergesa-gesa karena gerbang sekolah akan segera
ditutup.
“Kalian ini sering sekali terlambat”
pak Umir satpam sekolah yang telah biasa melihat dua gadis ini berlari-lari,
marah dengan nada yang dibuat-buat seram.
Dua gadis itu
hanya saling berpandangan dan akhirnya tertawa bersama lalu berlari menuju
kelas mereka.
Yana ialah gadis yang biasa namun
mempunyai otak yang
cerdas, sedangkan sahabatnya Wita adalah gadis yang cantik hingga banyak lelaki yang jatuh hati padanya. Mereka sudah bersahabat sejak dari awal mereka di bangku SMP.
cerdas, sedangkan sahabatnya Wita adalah gadis yang cantik hingga banyak lelaki yang jatuh hati padanya. Mereka sudah bersahabat sejak dari awal mereka di bangku SMP.
“Aduh yan, aku lupa buat pr matematika”
Wita menepuk jidatnya sendiru dengan nada bicara yang panik
“Lah, kok bisa lupa sih? Kan
matematika pelajaran pertama Wit. Tuh buk Yeni udah masuk” Yana ikutan panik
melihat Wita.
Yana dan Wita
teman sebangku sejak mereka masuk SMA.
“Anak-anak kita bahas pr kemarin”
Guru itu mengeluarkan setumpuk buku matematika.
“Yang tidak mengerjakan pr silakan
keluar selama pelajaran ibu berlangsung” Buk Yeni melanjutkan.
Wita dengan
lemas keluar dari kelas.
“Ih yan, kakiku pegel banget berdiri
selama 2 jam pelajaran” Wita berkata sambil mengelus-elus kakinya.
“Kamu juga sih, udah tau buk yeni
kayak gitu. Pekek acara lupa buat pr segala” Yana menjawab dengan mata masih
menatap novel yang ada ditangannya.
“Namanya
juga lupa Yan” Wita menjawab dengan tangan
yang masih memijit-mijit kecil kakinya.
“Kring..........Kring........” Bel
sekolah berbunyi.
Seluruh
murid-murid SMA Kumbang keluar dari kelas masing-masing.
“Wit, siapa cowok itu? Ganteng
banget ya” Yana menunjuk cowok yang
dimaksud.
“Itukan Aslan yan, kakak kelas kita”
Wita menjawab dengan pura-pura acuh
“Kok kamu bisa tau Wit dia kakak
kelas kita, aku aja ga tau” Yana menatap Wita
“Ah, enggak kok. Dia kan cukup
populer”
“Kayaknya aku suka sama dia Wit,
udah lama aku perhatiin dia” Yana menjawab sambil tesipu malu.
“oh, iya” Wita menjawab dengan
seperti terkejut
“Assalammualaikum” Yana memberi
salam sambil mengetuk pintu rumah.
“Waallaikumsalam” Ibu menjawab dan
membukakan pintu.
Yana memberi
salam ke ibunya dan langsung bergegas menuju kamarnya.
“Kenapa aku seneng banget kalau liat
Aslan ya” Yana bertanya sendiri dalam hati, sambil tersenyum-senyum sendiri
membayangkan Aslan.
“Apa yang harus aku lakuin?” Wita
yang juga berada dikamarnya terlihat bingung dan sedih. Ia seakan bergulat dengan
pikirannya sendiri.
“Kenapa harus Aslan yang Yana suka,
kenapa Tuhan?” Wita teriak dalam hati.
Hatinya bingung,
perasaannya tak karuan, seperti ada bebab dipundaknya yang sangat berat.
“Wit, temani aku beli novel terbaru
yuk?” Yana bicara sambil membereskan buku-buku pelajaran karena bel pulang
sekolah sudag berbunyi 5 menit yang lalu.
“Maaf Yan, aku ada urusan sebentar.
Ga apa-apa kan kalau kamu pergi sendiri?” Wita terlihat sedih karena tak bisa
menemani sahabatnya
“Ya udah, gak apa-apa deh” Yana
merasa sedikit kecewa, namun tak ia perlihatkan dengan Wita. Bagaimana pun Yana
bisa mengerti keadaan Wita yang sibuk.
“Terima
kasih mbak, datang lagi ya” kasir itu tersenyum manis kepada Yana
“Iya
mbak sama-sama” Yana pun ikut tersenyum.
Yana keluar
dari toko buku sambil memegang plastik
yang pasti isinya ialah novel. Saat Yana hendak menghentikan angkot, Yana
melihat Wita dibonceng oleh seorang cowok. Saat Yana hendak memanggil Wita yang terlihat
sedang tertawa bersama cowok itu, baru Yana
menyadari ternyata cowok itu Aslan. Yana terdiam terpaku melihat mereka
melintas di depan matanya, syukurlah Wita tak melihatnya. Yana menutup mulut
menahan air mata yang akan segera jatuh.
Yana membanting pintu kamarnya dan
ia langsung jatuh di kasurnya. Ia menangis terisak- isaknya hingga ia tak sadar
ia tertidur.
“Pagi yan” Wita menyapa Yana
Namun Yana tak
menjawab. Wita bingung mengapa mata Yana sembab dan Yana tak membalas
sapaannya.
Selama pelajaran
berlangsung Yana hanya diam dan melamun. Banyak guru yang menegurnya namun Yana
tetap tak bergeming. Wita merasa ada yang berbeda di diri Yana, dan ia bertekan
akan bertanya kepada Yana sepulang sekolah nanti.
“Yan, kamu kenapa sih... Kok kayak
menghindar dari aku ?” Wita langsung menarik tangan Yana ketika Yana mau
berlari.
“gak kok” Jawab Yana acuh
“kalo aku salah aku minta maaf Yan,
dan tolong jelasin salah aku apa?” Wita memelas.
Yana hanya diam
dan menatap kebawah.
“Yan ngomong dong, biar jelas” Wita
semakin mendesak Yana untuk bicara.
“Aku kemarin
liat kamu jalan sama Aslan” mata Yana berkaca-kaca mengingat peristiwa kemarin.
Wita sangat
terkejut mendengar ucapan Yana. Refleks Wita mundur dan menutup mulutnya hingga
matanya mulai berkaca-kaca.
“Yan kamu liat kami” Suara Wita
mulai gemetar. Ia tak menyangka sahabatnya melihat ia jalan dengan Aslan.
“Iya, aku melihat dengan mata
kepalaku sendiri Wit” Suara Yana sudah
sangat gemetar.
Tanpa sadar Wita
berlari kencang sambil menangis. Ia sungguh tak menyangka kalau Yana melihatnya
jalan dengan Aslan.
“Sahabat macam apa aku ini, teganya
membuat sahabatnya sendiri sakit” Wita mengutuk dirinya sendiri.
Wita terus
berlari, ia menyetopkan taksi dan pulang kerumah sambil menangis.
Yana hanya diam melihat reaksi Wita,
sejujurnya ia memang mencintai Aslan namun ia sebenarnya tahu kalau Aslan
mencintai Wita dan Wita pun mencintai Aslan,
“Kenapa aku jadi egois seperti ini”
Yana merasa bersalah.
Yana pulang
kerumah dengan badan yang lemas. Ia tak menyangka hari ini bermusuhan dengan
Wita sahabatnya sendiri.
Keesokan harinya mereka hanya bisa
saling diam satu sama lain, mereka takut untuk bicara.
“Aku harus bicara sama Yana sepulang
sekolah nanti” Wita berfikir dalam hati.
“Aku harus bicara sama Wita
sepuylang sekolah nanti” Yana dalam hati .
“Yan aku ingin bicara sepulang
sekolah nanti” Wita akhirnya berani bicara kepada Yana. Yana hanya menjawab
dengan anggukan, ia masih takut dan merasa bersalah kepada Wita,
Bel pulang sekolah telah berbunyi.
Murid-murid SMA Kumbang mulai keluar dari kelas mereka masing-masing.
“Yan aku bener-bener minta maaf. Aku
gak bermaksud buat nyakitin kamu, tapi jujur aku juga sangat mencintai Aslan”
Wita mulai bicara setelah kelas sepi dengan nada gemetar.
“Enggak, aku yang salah Wit. Aku
udah egois sama kamu. Aku udah musuhin kamu padahal aku tau Aslan juga sayang
sama kamu” Yana tak sanggup menahan tangiusnya.
Betapa leganya
wita mendengar ucapan Yana, ia tak menyangka sahabatnya mengerti keadaannya dan
mau merelakan hatinya untuk Wita. Wita hanya dapat memeluk Yana sambil
menangis, ia tak dapat berkata-kata lagi. Ia sangat bahagia memiliki sahabat
seperti Yana.
“Kamu sahabatku yang tak tergantikan
Yan” Wita membisikkan kalimat tersebut saat mereka berpelukan.
“Kamu juga sahabat terbaikku Wit”
yana memeluk Wita.
Mereka pulang
dengan hati yang senang, beban mereka seakan terangkat keluar.
“Sahabat tak tergantika” Mereka
menyerukan kalimat tersebut sambil bergandengan keluar sekolah.

No comments:
Post a Comment