Social Icons

Pages

Friday, September 20, 2013

Tak Tergantikan


Tak Tergantikan


            Pagi hari yang sejuk di SMA Kumbang yang terdapat di salah satu Kota di Sumatra Selatan.
            “Tungguuuuu pak!” seru dua gadis remaja yang berlari dengan tergesa-gesa karena gerbang sekolah akan segera ditutup.
            “Kalian ini sering sekali terlambat” pak Umir satpam sekolah yang telah biasa melihat dua gadis ini berlari-lari, marah dengan nada yang dibuat-buat seram.
Dua gadis itu hanya saling berpandangan dan akhirnya tertawa bersama lalu berlari menuju kelas mereka.

            Yana ialah gadis yang biasa namun mempunyai otak yang
cerdas, sedangkan sahabatnya Wita adalah gadis yang cantik hingga banyak lelaki yang jatuh hati padanya. Mereka sudah bersahabat sejak dari awal mereka di bangku SMP.
           
            “Aduh yan, aku lupa buat pr matematika” Wita menepuk jidatnya sendiru dengan nada bicara yang panik
            “Lah, kok bisa lupa sih? Kan matematika pelajaran pertama Wit. Tuh buk Yeni udah masuk” Yana ikutan panik melihat Wita.
Yana dan Wita teman sebangku sejak mereka masuk SMA.
            “Anak-anak kita bahas pr kemarin” Guru itu mengeluarkan setumpuk buku matematika.
            “Yang tidak mengerjakan pr silakan keluar selama pelajaran ibu berlangsung” Buk Yeni melanjutkan.
Wita dengan lemas keluar dari kelas.

            “Ih yan, kakiku pegel banget berdiri selama 2 jam pelajaran” Wita berkata sambil mengelus-elus kakinya.
            “Kamu juga sih, udah tau buk yeni kayak gitu. Pekek acara lupa buat pr segala” Yana menjawab dengan mata masih menatap novel yang ada ditangannya.
“Namanya juga lupa Yan”  Wita menjawab dengan tangan yang masih memijit-mijit kecil kakinya.

            “Kring..........Kring........” Bel sekolah berbunyi.
Seluruh murid-murid SMA Kumbang keluar dari kelas masing-masing.
            “Wit, siapa cowok itu? Ganteng banget ya”  Yana menunjuk cowok yang dimaksud.
            “Itukan Aslan yan, kakak kelas kita” Wita menjawab dengan pura-pura acuh
            “Kok kamu bisa tau Wit dia kakak kelas kita, aku aja ga tau” Yana menatap Wita
            “Ah, enggak kok. Dia kan cukup populer”
            “Kayaknya aku suka sama dia Wit, udah lama aku perhatiin dia” Yana menjawab sambil tesipu malu.
            “oh, iya” Wita menjawab dengan seperti terkejut

            “Assalammualaikum” Yana memberi salam sambil mengetuk pintu rumah.
            “Waallaikumsalam” Ibu menjawab dan membukakan pintu.
Yana memberi salam ke ibunya dan langsung bergegas menuju kamarnya.
            “Kenapa aku seneng banget kalau liat Aslan ya” Yana bertanya sendiri dalam hati, sambil tersenyum-senyum sendiri membayangkan Aslan.

            “Apa yang harus aku lakuin?” Wita yang juga berada dikamarnya terlihat bingung dan sedih. Ia seakan bergulat dengan pikirannya sendiri.
            “Kenapa harus Aslan yang Yana suka, kenapa Tuhan?” Wita teriak dalam hati.
Hatinya bingung, perasaannya tak karuan, seperti ada bebab dipundaknya yang sangat berat.

            “Wit, temani aku beli novel terbaru yuk?” Yana bicara sambil membereskan buku-buku pelajaran karena bel pulang sekolah sudag berbunyi 5 menit yang lalu.
            “Maaf Yan, aku ada urusan sebentar. Ga apa-apa kan kalau kamu pergi sendiri?” Wita terlihat sedih karena tak bisa menemani sahabatnya
            “Ya udah, gak apa-apa deh” Yana merasa sedikit kecewa, namun tak ia perlihatkan dengan Wita. Bagaimana pun Yana bisa mengerti keadaan Wita yang sibuk.
           
“Terima kasih mbak, datang lagi ya” kasir itu tersenyum manis kepada Yana
“Iya mbak sama-sama” Yana pun ikut tersenyum.
Yana keluar dari  toko buku sambil memegang plastik yang pasti isinya ialah novel. Saat Yana hendak menghentikan angkot, Yana melihat Wita dibonceng oleh seorang cowok. Saat  Yana hendak memanggil Wita yang terlihat sedang tertawa bersama cowok itu, baru Yana  menyadari ternyata cowok itu Aslan. Yana terdiam terpaku melihat mereka melintas di depan matanya, syukurlah Wita tak melihatnya. Yana menutup mulut menahan air mata yang akan segera jatuh.

            Yana membanting pintu kamarnya dan ia langsung jatuh di kasurnya. Ia menangis terisak- isaknya hingga ia tak sadar ia tertidur.

            “Pagi yan” Wita menyapa Yana
Namun Yana tak menjawab. Wita bingung mengapa mata Yana sembab dan Yana tak membalas sapaannya.
Selama pelajaran berlangsung Yana hanya diam dan melamun. Banyak guru yang menegurnya namun Yana tetap tak bergeming. Wita merasa ada yang berbeda di diri Yana, dan ia bertekan akan bertanya kepada Yana sepulang sekolah nanti.

            “Yan, kamu kenapa sih... Kok kayak menghindar dari aku ?” Wita langsung menarik tangan Yana ketika Yana mau berlari.
            “gak kok” Jawab Yana acuh
            “kalo aku salah aku minta maaf Yan, dan tolong jelasin salah aku apa?” Wita memelas.
Yana hanya diam dan menatap kebawah.
            “Yan ngomong dong, biar jelas” Wita semakin mendesak Yana untuk bicara.
“Aku kemarin liat kamu jalan sama Aslan” mata Yana berkaca-kaca mengingat peristiwa kemarin.

Wita sangat terkejut mendengar ucapan Yana. Refleks Wita mundur dan menutup mulutnya hingga matanya mulai berkaca-kaca.
            “Yan kamu liat kami” Suara Wita mulai gemetar. Ia tak menyangka sahabatnya melihat ia jalan dengan Aslan.
            “Iya, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Wit” Suara Yana  sudah sangat gemetar.
Tanpa sadar Wita berlari kencang sambil menangis. Ia sungguh tak menyangka kalau Yana melihatnya jalan dengan Aslan.
            “Sahabat macam apa aku ini, teganya membuat sahabatnya sendiri sakit” Wita mengutuk dirinya sendiri.
Wita terus berlari, ia menyetopkan taksi dan pulang kerumah sambil menangis.

            Yana hanya diam melihat reaksi Wita, sejujurnya ia memang mencintai Aslan namun ia sebenarnya tahu kalau Aslan mencintai Wita dan Wita pun mencintai Aslan,
            “Kenapa aku jadi egois seperti ini” Yana merasa bersalah.
Yana pulang kerumah dengan badan yang lemas. Ia tak menyangka hari ini bermusuhan dengan Wita sahabatnya sendiri.

            Keesokan harinya mereka hanya bisa saling diam satu sama lain, mereka takut untuk bicara.
            “Aku harus bicara sama Yana sepulang sekolah nanti” Wita berfikir dalam hati.
            “Aku harus bicara sama Wita sepuylang sekolah nanti” Yana dalam hati .
            “Yan aku ingin bicara sepulang sekolah nanti” Wita akhirnya berani bicara kepada Yana. Yana hanya menjawab dengan anggukan, ia masih takut dan merasa bersalah kepada Wita,

            Bel pulang sekolah telah berbunyi. Murid-murid SMA Kumbang mulai keluar dari kelas mereka masing-masing.
            “Yan aku bener-bener minta maaf. Aku gak bermaksud buat nyakitin kamu, tapi jujur aku juga sangat mencintai Aslan” Wita mulai bicara setelah kelas sepi dengan nada gemetar.

            “Enggak, aku yang salah Wit. Aku udah egois sama kamu. Aku udah musuhin kamu padahal aku tau Aslan juga sayang sama kamu” Yana tak sanggup menahan tangiusnya.
Betapa leganya wita mendengar ucapan Yana, ia tak menyangka sahabatnya mengerti keadaannya dan mau merelakan hatinya untuk Wita. Wita hanya dapat memeluk Yana sambil menangis, ia tak dapat berkata-kata lagi. Ia sangat bahagia memiliki sahabat seperti Yana.
            “Kamu sahabatku yang tak tergantikan Yan” Wita membisikkan kalimat tersebut saat mereka berpelukan.
            “Kamu juga sahabat terbaikku Wit” yana memeluk Wita.
Mereka pulang dengan hati yang senang, beban mereka seakan terangkat keluar.
            “Sahabat tak tergantika” Mereka menyerukan kalimat tersebut sambil bergandengan keluar sekolah.

No comments:

Post a Comment